Sabtu, 02 Februari 2013

Senior cerdas atau lamban?



Bagi sebagian mahasiswa baru, OSPEK adalah salah satu kegiatan yang ditakuti. Bagaimana tidak? OSPEK (orientasi studi dan pengenalan kampus ) sering sekali berkaitan dengan kekerasan, kesewenang-wenangan, senioritas dan tindakan-tindakan penindasan lainnya.
Di beberapa kampus yang saya temui, ospek menjadi ajang pembodohan. Misalnya dalam kegiatan yang dilakukan mahasiswa baru diwajibkan memakai pakaian yang aneh dan membawa perlengkapan-perlengkapan yang aneh juga. Sebagian senior menganggap ini sebagai kreatifitas dan untuk melatih kekompakan mahasiswa baru.
Dilihat dari sisi akademik, jelas sekali hal-hal semacam ini tidak membangun dan tidak sesuai dengan yang dinamakan ospek tadi. Pada dasarnya ospek itu bertujuan untuk memperkenalkan kehidupan kampus , proses adaptasi dan observasi mengenai kampus. Sesuai dengan SK Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep/2000 tentang Pengaturan Kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru di Perguruan Tinggi, pada dasarnya bertujuan untuk memberikan pengenalan awal bagi mahasiswa baru, baik berkenaan dengan sejarah kampus, lembaga-lembaga yang ada di kampus, jenis kegiatan akademik, sistem kurikulum, cara pembelajaran yang efektif di perguruan tinggi, serta para pemimpin universitas, fakultas dan dosen.
Seharusnya sebagai seorang senior mereka harus memberikan pengarahan mengenai hal diatas. Bukan malah menunjukkan superioritas mereka sebagai senior.  Ospek di dalam kampus ataupun fakultas dibeberapa universitas malah dibumbui kekerasan oleh senior itu sendiri. 
Seperti yang saya lihat di USU, apakah memotong pendek rambut mahasiswa baru itu termasuk pengenalan kampus?
Universitas Brawijaya, apakah memaksa mahasiswa baru memakan makanan basi itu termasuk cara pembelajaran yang efektif?
Universitas Indonesia, apakah membentak-bentak mahasiswa baru itu sebuah kebiasaan kampus?
Jelas pertanyaan diatas jawabannya TIDAK.
Dalam kegiatan ospek senior tidak harus melakukan tindakan-tindakan yang tidak bermutu diatas. Apakah mahasiswa baru itu seekor binatang? Jelas tidak. Lantas atas dasar apa senior di berbagai universitas melakukan hal tersebut? Tidak ada dasar sama sekali.
Untuk itu, kegiatan ospek yang akan diselenggarakan berikutnya harus sesuai dengan dasar-dasar yang ada. Bukan atas kemauan senior sendiri. Senior manusia, junior juga manusia.
Buat mahasiswa baru selanjutnya, jangan biarkan diri anda ditindas oleh senior-senior yang kurang cerdas. Bila terjadi kekerasan, harap dilaporkan ke pihak fakultas atau universitas.

Rabu, 30 Januari 2013

Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan ??

Mahasiswa pasca reformasi kerap disebut sebagai agen perubahan ( Agent of change ). Dalam karirnya mahasiswa dianggap sebagai motor penggerak perubahan yang baik. Bisa kita lihat dalam perubahan-perubahan yang dilakukan pada abad ke 20.

Namun yang kita lihat saat ini mahasiswa malah mengalami kemerosotan intelektualitas. Tindakan-tindakan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan hati nurani, lebih mengarah kepada hasutan-hasutan yang datang dari luar.

Bisa dilihat tindakan-tindakan mahasiswa yang katanya membela rakyat dan nyatanya membuat kerusuhan. Mahasiswa jaman sekarang lebih fokus terhadap masalah, bukan fokus kepada solusi. Mereka lebih melihat kesalahan yang dilakukan pemerintah sendiri, dan tidak menyadari hal yang dilakukannya juga memberatkan rakyat kecil.

Seharusnya sebagai mahasiswa harus bisa memberikan contoh, bukan menuntut keras pemerintah. Contoh kecil yang bisa kita lihat : “dalam kehidupan sehari-hari saja mahasiswa masih menggunakan BBM bersubsidi.” Apakah ini yang disebut sebagai pro rakyat kecil? Yang saya lihat malah mahasiswa yang menjadi pemakan duit rakyat.

Bebas berpendapat juga dijadikan mahasiswa menjadi senjata, senjata untuk membuat kerusuhan. Setiap kali mahasiswa melakukan aksinya, yang ada malah kerugian bukan perubahan. Aksi yang dilakukan mahasiwa sekarang identik dengan perlawanan dengan kekerasan.

Ini hanya sebagian fakta yang mengharuskan mahasiswa berbenah diri, jangan hanya melihat sisi lemah dari pemerintahan.